Sejarah Musik Punk, Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada   awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun,   sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan   skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama.   Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal   tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup   aspek sosial dan politik.
Punk
Punk rock adalah gerakan musik rock yang berkembang sekitar tahun 1974-1975 di negara Amerika Serikat, Australia dan Inggris. Dipelopori oleh kelompok-kelompok seperti Ramones, Sex Pistols, The Damned, dan The Clash.
Kelompok punk sering meniru struktur musik sederhana seperti musik garage rock dari tahun 1960-an. Biasanya mereka terdiri dari satu drum kit, satu atau dua electric guitar, satu electric bass, dan vocals. Drums biasanya hanya memiliki satu snare drum, satu tom, satu floor tom, satu bass drum, hi-hats, satu atau dua crash cymbal dan satu ride cymbal.
Pada awal tahun 1990, musik punk rock dikenalkan kembali oleh Nirvana, walau pada akhirnya, mayoritas media menyebut Nirvana dengan istilah grunge atau rock alternatif. Kesuksesan album Nevermind dari Nirvana, diakui sebagai "pembuka jalan" kepada musik punk rock untuk dikenal oleh dunia luas, sampai saat ini.
Pada tahun 2007, perusahaan sepatu punk rock dari Inggris, Doc Martens, membuat iklan promosi yang menggunakan foto-foto ikon yang telah berjasa mengenalkan musik punk rock, yaitu Joey Ramone (Ramones), Sid Vicious (Sex Pistols), Joe Strummer (The Clash), dan Kurt Cobain (Nirvana).
 Gerakan anak muda yang  diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini  dengan segera merambah  Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan  keuangan yang dipicu oleh  kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang  memicu tingkat  pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha  menyindir para  penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu  dengan musik dan  lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang  cepat dan  menghentak. Sejarah Musik
Banyak  yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh  karena di  Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk   mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak   citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan   melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku   yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian,   atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang   terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat   dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan   kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang   mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk   disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang   berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam   melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang   bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi,   sosial dan bahkan masalah agama.
Gaya hidup dan Ideologi.  Sejarah Musik
Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa  manusia  memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara.  Pertama,  melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil   penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang   lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari   dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip   dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh,   mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup,   memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil   (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau   mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut   awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya   penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran   (ideas).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas   bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock   mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi   punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang   menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes   demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan   rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum   jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi   aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga   sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi.   Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup  sama  dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata “ideas” dan “logos” yang   berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi   berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari   pada saat ini mulai mengembangkan proyek “jor-joran” yaitu manfaatkan   media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha   membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.
Punk dan Anarkisme
Kegagalan Reaganomic dan kekalahan Amerika Serikat dalam Perang  Vietnam  di tahun 1980-an turut memanaskan suhu dunia punk pada saat itu.   Band-band punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict,   dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, MDC dan Dead   Kennedys dari Amerika telah mengubah kaum punk menjadi pemendam jiwa   pemberontak (rebellious thinkers) daripada sekadar pemuja rock n’ roll.   Ideologi anarkisme yang pernah diusung oleh band-band punk gelombang   pertama (1972-1978), antara lain Sex Pistols dan The Clash, dipandang   sebagai satu-satunya pilihan bagi mereka yang sudah kehilangan   kepercayaan terhadap otoritas negara, masyarakat, maupun industri musik.
Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh   media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau   kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William   Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah   sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara,   dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang   harus diakhiri.
Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali   bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan   bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan   bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan   kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya.   Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan   negara.
Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik   semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan   pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka   bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai   keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do   it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya  memberikan  warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk  memiliki  ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang  mengusung  anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan  Anarko-punk.
Sumber : www.lintasberita.com