Marjinal dibentuk 12 tahun yang silam pada 22 Desember 1996, bertepatan dengan Hari Ibu di kalender nasional. Dua belas tahun yang lalu (1996), para personel Marjinal bertemu di sebuah kampus grafika di Jakarta Selatan.
Awalnya, mereka ingin kuliah, tapi semakin lama mereka tidak tertarik. Apa yang dipelajari di kampus telah mereka kuasai, mereka telah ahli dalam menggambar, desain dan lain-lain.
Para personel Marjinal bertemu dan membicarakan situasi di luar kampus, yang atmospherenya bersifat represif, nggak bebas mengeluarkan pendapat atau berekspresi.
Lalu mereka membangun sebuah jaringan namanya Anti Facist Racist Action (AFRA), yang didalamnya berisi kawan-kawan yang mempunyai kesadaran melawan sistem yang fasis.
Mereka menggunakan media visual, lewat poster dari cukil kayu, baliho dan lukisan yang menggugah kesadaran generasi muda, untuk melawan sistem fasis yang diusung Orde Baru. Selain melakukan diskusi, penerbitan newsletter, dan aksi turun ke jalan, mereka secara kebetulan juga bermain musik. Dengan modal gitar dan jurus tiga kunci, mereka membuat lagu sendiri yang berangkat dari kenyataan hidup sehari-hari. Kemudian mereka menamakan kelompok itu awalnya Anti Military.
Dalam perkembangannya, Anti Military dipahami orang-orang sebagai sebuah band, Padahal mereka bukan musisi dalam arti sesungguhnya! Musik menurut mereka hanya sebagai alat komunikasi kepada khalayak yang lebih luas, lebih asyik, medium menyampaikan pesan dan jadi inspirasi untuk anak-anak di pergerakan ke depan ketika melihat kenyataan kehidupan sosial-politik dikangkangi rejim yang fasis militeristik.
Persoalannya bukan lagi rejim yang fasis dan rasis saja. Tapi lebih luas lagi, negeri ini jadi negeri yang mengerikan, banyak tragedi, perang saudara, buruh-buruh diperas, dieksploitasi, rumah sakit dan pendidikan begitu komersial, kereta-api sebagai sarana angkutan melayani orang seperti mengangkut binatang. Jadi, dari sistem yang fasis, anti demokrasi, terpusat dan korup kini menyebar ke sendi-sendi kehidupan bangsa.
Menurut mereka, bangsa ini sudah lupa bagaimana para pejuang dulu mendirikan Indonesia sebagai sebuah nation. Indonesia didirikan sebagai kesatuan dari tekad para pemuda yang beragam suku, agama, latar belakang sosialnya itu bersatu membangun sebuah nation! Lalu mereka mengganti nama dari Anti Military menjadi Marjinal.
Berawal ketika Mike, sang vokalis menemukan kata Marjinal karena terinspirasi oleh nama pejuang buruh perempuan yang mati disiksa militer. "Marsinah..Marsinah...MARJINAL" Kata Marjinal sendiri waktu itu belum banyak dipakai untuk menjelaskan posisi orang-orang pinggiran.
0 komentar:
Posting Komentar